Warung Pelan Pelan dirancang menggunakan nalar merawat, yang telah ada, memperbaiki, kemudian meresponnya. Eksisting bangunan berupa limasan kotangan yaitu limasan berdinding setengah bata yang sangat populer sebagai limasan rakyat di kisaran tahun 1950 - 1980 saat bata mulai banyak dipakai masyarakat.
Bangunan limasan kotangan ini kemudian direspon menggunakan bentuk dan ketinggian bangunan eksisting, mengganti beberapa kayu dan material atap. Atap genteng eksisting tidak dibuang namun diolah menjadi pengganti bata untuk pagar depan dan dinding sumur. Beberapa genteng sisanya dihancurkan menjadi bubuk untuk campuran plesteran dinding.
Plafond atap dari raguman bambu juga dipertahankan bentuk dan material aslinya. Beberapa bagian yang rusak dipilah lalu dianyam kembali dengan bambu yang masih baik. Secara ruang, area dapur, gudang, dan mushola ditambahkan setelahnya untuk mengakomodasi fungsi dengan konteks yang baru, limasan kotangan sebagai warung kolektif.